Moment of Greatness

Bagi saya, pengalaman adalah aset atau harta karun yang paling berharga bagi manusia. Kenapa? Karena nilai dari sebuah pengalaman melebih benda apapun yang paling berharga atau mahal didunia ini. Bahkan untuk mendapatkan sebuah pengalaman saja harus rela mengeluarkan uang yang kadang jumlahnya agak banyak.

Sebenarnya apa sih pengalaman itu? Pengalaman adalah suatu peristiwa atau kejadian yang sudah terjadi di masa lalu. Pengalaman juga berupa peristiwa yang sangat membekas di diri Anda sehingga bisa memberikan dampak positif atau negatif. Pengalaman sangat mempengaruhi apa yang terjadi di diri Anda sekarang, terutama dalam hal pola pikir, tindakan serta persepsi terhadap suatu hal atau orang lain.

Kok bisa mempengaruhi? Karena pengalaman yang membekas secara tidak langsung dan disadari langsung terekam kedalam pikiran bawah sadar Anda. Dan pastinya pengalaman yang membekas itu terkait dengan unsur emosional dan sesuatu yang sifatnya mengejutkan atau mengagetkan.

Pengalaman yang memberi dampak negatif misalnya faktor trauma atau fobia yang sifatnya parah. Misalnya Anda pernah kecopetan di angkutan umum tiga kali. Disini uniknya pikiran manusia. Bisa memberikan dampak atau respon yang berbeda-beda. Ada yang merespon tidak akan naik angkutan umum lagi karena takut kejadian yang sama terulang, atau ada juga punya asumsi untuk berhati-hati dan waspada ketika berada di angkutan umum. Apakah persepsi itu benar atau salah? Sekali lagi, Anda tidak berhak menilai benar atau salah. Biarkan subjek tersebut yang menentukan apakah persepsi nya benar atau salah.

Itu yang negatif. Bagaimana dengan dampak positif. Misalnya Anda punya pengalaman pernah juara lomba olahraga tingkat nasional dan Anda mendapatkan juara pertama. Bagaimana perasaan Anda berada di kondisi itu? Pasti lah senang, bahagia dan merasa sangat bersyukur. Dan pasti pengalaman itu Anda ingat terus seumur hidup dan bisa menjadi cerita dikemudian hari karena itu adalah pengalaman Anda yang paling membahagiakan. Plus sudah menjadi hukum alam juga bahwa pengalaman yang sudah terjadi, apapun itu dampaknya akan selalu Anda ingat selalu seumur hidup karena sudah terekam secara permanen di pikiran bawah sadar Anda.

Sesuatu yang memberikan dampak positif bagi Anda itu disebut sebagai moment of greatness. Hal paling membanggakan yang pernah Anda rasakan sebelumnya. Hal yang membanggakan itu pasti mengandung unsur emosional yang Anda rasakan saat itu juga. Pertanyaan saya berikutnya, apakah emosi yang terkandung di pengalaman itu turut serta di kehidupan Anda sekarang ini? Jawabannya bisa iya atau tidak, tapi kalau pengalaman dari memori pikiran pasti terus ingat sampai sekarang. Kalau pun unsur emosi tidak terbawa  sampai sekarang apakah bisa dihadirkan lagi di kondisi sekarang dan dijadikan bahan bakar istilahnya untuk kehidupan Anda sekarang?

Kalau saya bilang iya, apakah Anda percaya? Ini balik lagi ke persepsi Anda sendiri. Tapi izinkan saya untuk menjelaskan kenapa itu bisa dilakukan. Begini, di pikiran bawah sadar ada istilah nama nya proses Revivikasi. Proses dimana Anda tidak hanya sekedar mengingat masa lalu, tapi peristiwa di masa lalu itu dihidupkan kembali dan seolah-olah Anda kembali ke momen itu. Bisa Anda bayangkan bagaimana mekanisme nya? Jika Anda kesulitan, itu bisa dilakukan dengan proses Hypnotherapy. Di keilmuan Hypnotherapy ada metode nama nya Regresi, dimana Anda mengakses lagi memori-memori yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Ketika mengakses memori masa lalu, sudah pasti emosi yang lekat di masa itu pun juga ikut terakses. Ini yang dinamakan proses Revivikasi.

Misalnya, ketika Anda pernah menjuarai lomba tingkat nasional dengan proses Revivikasi maka Anda dikembalikan ke momen itu termasuk emosi yang Anda rasakan saat itu secara otomatis muncul dan bisa dirasakan saat itu juga. Lalu bagaimana hal itu bisa jadi bahan bakar untuk kehidupan Anda sekarang? Jika boleh saya jelaskan sedikit, ketika momen yang paling membanggakan sudah ketemu, bisa dibayangkan emosi nya diakses kemudian dibawa ke kondisi sekarang kemudian dikunci. Nah, mengunci emosi di masa lalu ini dengan teknik Anchoring. Sebuah teknik di Hypnotherapy dimana untuk memunculkan sugesti yang sudah ditanam biasanya diakses dengan simbol atau trigger istilahnya.

Contoh sugestinya, setiap kali Anda mengepalkan tangan Anda maka Anda merasa lebih percaya diri. Atau setiap kali menempelkan tangan di dada Anda, maka Anda merasa lebih santai, rileks dan bisa mengatur emosi Anda dengan mudah. Kelihatannya memang mudah, namun untuk bisa seperti itu ada proses atau tahapan yang dilalui.

Pertanyaan terakhir saya, apakah sudah menemukan Moment of Greatness Anda sendiri? Saya yakin dan percaya semua orang pasti mempunyai nya. Tinggal sekarang bagaimana Anda bisa mengecek kembali pengalaman-pengalaman apa saja yang sudah dilalui, dan apa perasaan yang muncul ketika mengingat pengalaman tersebut.

Benar Belum Tentu Kebenaran

“Ris, bisa gak nama nya diganti aja? Saya agak kurang sreg dengan nama nya……kalau bisa nama nya yang global saja dan ga terhubung dengan pihak mana pun. Kan kita mau melayani orang banyak tanpa melihat siapa orangnya.”

Agak terkaget rasanya ketika baru membuka mata dan terbangun di pagi hari, tiba-tiba ada pesan seperti itu masuk ke ponsel saya. Sekejap saja kedua mata saya langsung melek dan berpikir serta memahami maksud pesan dari rekan saya ini.

Saya berpikir apakah yang saya putuskan sebelumnya sudah tepat dan sesuai dengan orang lain? Disini saya tidak mengatakan benar atau salah. Buat saya benar atau salah itu relatif karena kedua hal itu banyak sekali indikatornya.

Sebelumnya saya memang diminta oleh rekan saya untuk mencari nama yang tepat untuk usaha yang kami rintis ini. Ada empat orang pendiri, salah satu nya saya dan ketika diminta untuk mencari nama, saya merasa itu hal yang saya kuasai. Menarik memang memikirkan sebuah nama dan arti serta filosofi nya. Ada kepuasan dan tantangan tersendiri dari situ. Walaupun saya mengakui bahwa cara berpikir saya itu sangat general dan global, tapi ketika diminta untuk berpikir detil dan deduktif, istilahnya untuk melihat sesuatu dari hal umum ke hal khusus, saya bisa melakukannya dengan mudah.

Mungkin bagi orang lain apalah arti sebuah nama. Nama hanya sekedar nama saja tanpa ada unsur apa-apa. Tapi itu berbeda bagi saya. Nama itu menentukan segala nya. Istilah kerennya, nama adalah doa bagi hal yang menjadi nama tersebut. Memakai istilah yang agak keren, nama itu sebagai sugesti yang baik tentunya bagi si penerima nama nya. Dalam bayangan saya, ketika nama adalah doa sekaligus sugesti, ada semacam energi atau molekul yang terbentuk dari doa atau sugesti yang nantinya berpengaruh ke sisi fisik dan perkembangan dari si penerima nama.

Nah, agar nama itu menjadi sesuatu yang baik bagi penerima nya maka haruslah Anda tahu apa arti serta filosofi dari nama tersebut. Saya tidak bisa membayangkan jika seseorang memberikan nama tapi tidak memahami atau mengerti dari arti nama tersebut. Iya kalau artinya baik. Bagaimana jika malah sebaliknya? Dan saya percaya, apapun nama nya, selama bermakna kebaikan pasti akan membentuk citra dan tindakan baik bagi penerima nya.

Kembali ke soal nama tadi, saya baru menyadari bahwa apa yang dianggap benar belum tentu benar menurut orang lain. Kalau meminjam istilah dari seorang teman, kebenaran yang benar itu adalah kebenaran yang tidak menohok orang lain. Saya langsung mengiyakan pendapatnya. Apa sebab? Benar atau salah itu sangatlah relatif. Kembali lagi bagaimana pola pikir seseorang menentukan apa yang ada dihadapannya itu benar atau tidak.

Bisa jadi sesuatu dianggap benar karena memang sesuai dengan value atau nilai-nilai yang ada dipikirannya. Jika salah berarti memang tidak sesuai. Contoh gampangnya saja. Menurut saya minuman paling enak itu adalah es jeruk. Tapi bisa saja orang lain punya pendapat lain. Mungkin menurut dia, yang paling enak adalah cappucino. Apakah itu salah? Tidak juga. Dan apakah itu benar? Belum tentu juga.

Jadi bagaimana baiknya? Menurut saya berjalan dengan pendapat masing-masing tanpa harus memaksakan apa yang menjadi pemikirannya. Lalu caranya seperti apa? Dengan menerima pendapat orang lain tanpa harus menilai apakah pendapatnya itu benar atau salah. Ini yang agak susah. Kecenderungan orang untuk menilai benar atau salah itu sangatlah besar. Karena itu bagian dari mekanisme pikiran manusia. Tapi karena bobot persentase nya tidak besar, kecenderungan itu bisa diminimalis sehingga tidak menjadi dominan. Anda tidak bisa menghilangkan sesuatu yang sudah menjadi template di pikiran Anda sendiri.

Disinilah Anda sebagai individu dituntut untuk bisa mengatur mekanisme kerja pikiran sendiri supaya nantinya tidak merugikan diri Anda sendiri dan orang lain. Cara bagaimana? Semua orang punya caranya masing-masing. Lagi-lagi, apa yang saya anggap benar belum tentu tepat untuk orang lain. Penyebabnya karena setiap orang punya cara berpikir yang berbeda-beda.

Dari sini saya makin menyimpulkan bahwa semakin bertambah usia Anda semakin banyak berpikir bagaimana apa yang menjadi pendapat bisa bisa diterima orang lain tanpa memandang benar atau salah. Kunci nya itu bisa berkompromi dengan orang lain. Ada proses negosiasi bagaimana pendapat Anda dan orang lain bisa berjalan beriringan tanpa merugikan salah satu pihak. Anda sepakat dengan pendapat saya? Jika tidak saya persilahkan untuk menyampaikan pendapat Anda sekarang juga.

Tabik

Bertahan disituasi sulit mengajarkan kesabaran dan keyakinan

Tidak terasa sudah tiga tahun berlalu dan kembali teringat bahwa saya pernah mengikuti acara pendakian gunung yang menurut saya hal tergila dan ternekat yang pernah saya lakukan. Karena memang sebelumnya saya belum pernah melakukan hal seperti itu. Apalagi saya ketika itu termasuk pemula di pendakian gunung. Sebelumnya saya pernah mendaki gunung Merbabu dan gunung Slamet di Jawa Tengah.

Kenapa bisa saya bilang acara tersebut merupakan hal tergila dan ternekat yang pernah saya lakukan? Karena acara tersebut ekspedisi marathon 18 gunung se Jawa. Berarti saya mendaki 18 gunung di pulau Jawa secara non stop. Sungguh hal yang gila bukan? Tapi buat saya ketika itu ekspedisi ini hanya untuk menjawab tantangan bahwa apakah saya mampu mengikuti dari awal sampai akhir pendakian? Untuk membuktikannya kan berarti saya harus mengikutinya.

Mengikuti ekspedisi tersebut akhirnya memang menjadi sebuah perjudian besar serta kenekatan yang saya lakukan dalam hidup saya. Bahkan perjudian itu kembali berlanjut ketika persiapan yang saya lakukan memang sangat santai. Bayangkan saja, untuk mempersiapkan itu saya hanya berolahraga jogging hanya sekali menjelang keberangkatan yang ketika itu tinggal seminggu lagi. Apalagi di data base otak saya tidak ada hal tentang ekspedisi, apalagi dalam waktu yang sangat lama. Sekedar informasi, bahwa ekspedisi tersebut diadakan tanggal 20 juni 2012- 10 Juli 2012 dan mendaki gunung mulai gunung di Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Jawa Barat.

Perjudian yang berikutnya, saya baru menyadari belakangan bahwa mengikuti ekspedisi Inti Komando V, itu nama ekspedisi nya, ternyata persyaratan yang harus dilakukan untuk menjadi anggota Indonesian Green Ranger. Saat itu saya baru tahu nama itu. Semacam apakah itu? Saya pun mendapat jawaban ketika mengikuti ekspedisi.

Indonesian Green Ranger sendiri ternyata sebuah klub pecinta alam yang bermarkas di Cibodas, Jawa Barat. Dan klub ini ternyata sudah berdiri cukup lama sejak 18 April 1967. Dan saya pun baru tahu belakangan pula bahwa Green Ranger didirikan oleh Idhan Dhavantary Lubis. Sahabat Soe Hok Gie yang meninggal bersama di puncak gunung Semeru pada Desember 1969. Mendengar hal itu ada rasa bangga didalam diri saya karena bisa bergabung dengan organisasi yang pendiri nya adalah bagian dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

Lucunya saya juga baru tahu belakangan bahwa Inti Komando V adalah nama angkatan yang dihormati di Green Ranger. Ada yang mengatakan juga sebagai anggota kehormatan. Kenapa? Karena Inti berarti melakukan ekspedisi di gunung-gunung di bagian timur dan Komando berarti melakukan ekspedisi di gunung-gunung bagian barat. Makin merinding lah saya karena tergabung dengan angkatan yang tidak sembarangan.

Dan ternyata selama ekspedisi, pengalaman benar-benar mengajarkan saya bagaimana pentingnya persiapan sebelum melakukan ekspedisi. Apalagi didalam tim ekspedisi, saya merasa paling pemula dibandingkan peserta yang lain. Karena peserta terdiri dari beberapa anggota Green Ranger,sisanya peserta biasa yang akan menjadi anggota.

Cuma yang menarik, didalam tim terdapat pendaki senior yang saya salut dengan sifat low profile nya. Nama nya Willam Tasiam. Dan saya baru tahu bahwa dia pelopor pendakian marathon 24 gunung 24 hari di Indonesia. Walaupun beliau tidak mengikuti ekspedisi sampai etape terakhir, saya sempatkan sekedar ngobrol dengan beliau ketika di perjalanan.

Balik lagi ke cerita ekspedisi, Saya memang tidak mengikuti semua pendakian walaupun saya mengikuti acara sampai selesai. Karena selama ekspedisi, saya mendapat tugas menjadi sekretaris. Jadi tugas dan tanggung jawab saya saat itu mencatat kebutuhan yang dibutuhkan dan akan dibutuhkan selama ekspedisi. Mulai dari logistik atau makanan, hingga perlengkapan pendaki gunung. Saya pun ikut tim dalam pendakian ketika melakukan pendakian di gunung Semeru, gunung Arjuna, gunung Batu, gunung Kembar I, gunung Kembar II, gunung Butak dan gunung Sukma Ilang, gunung Merbabu, gunung Slamet, gunung Gede dan Pangrango. Semua gunung tersebut berada di Jawa Timur, kecuali gunung Merbabu dan Slamet di Jawa Tengah serta Gede, Pangrango di Jawa Barat.

Kenapa akhirnya saya tidak mengikuti pendakian setelahnya? Karena saya mengalami kejadian tidak terduga ketika itu. Sepatu yang belum lama saya beli langsung jebol. Yang terjadi adalah bagian depan sepatu menganga keluar dan bagian tapak sepatu mulai berlubang cukup besar. Disitu saya kecewa karena tidak bisa ikut bersama tim melakukan pendakian. Praktis di gunung-gunung yang tidak saya naiki, saya hanya menunggu tim di base camp sembari barang-barang mereka yang memang tidak dibawa.

Terlepas dari kekecewaan itu, dengan kondisi tersebut saya harus bertahan apapun yang terjadi. Bahkan ketika saya berada di base camp gunung Sindoro di kawasan Temanggung, Jawa Tengah saya mengalami demam yang membuat saya tidak bisa bangun karena seluruh tubuh saya panas dan lemas untuk dibuat bergerak.

Bertahan disituasi sulit menjadi makna penting yang saya dapat selama ekspedisi. Kenapa bisa begitu? Seperti yang saya alami ketika mendaki gunung Kembar I, dan Kembar II dimana kacaunya manajemen logistik membuat saya kehabisan stok air minum. Padahal kondisinya belum turun gunung. Yang saya lakukan ketika itu, karena memang kondisinya darurat saya meminum air belerang. Memang, di sekitar lereng gunung Kembar terdapat spot belerang yang ukurannya agak kecil. Nah, didekat spot tersebut terdapat beberapa rumput liar. Karena rumput tersebut terkena uap dari sumber belerang, akhirnya rumput tersebut menjadi agak berair. Jika dalam kondisi darurat dan tidak ada sumber air lain, meminum air dari uap belerang dibolehkan.

Belum cukup sampai disitu, ketika saya beserta tim menuruni lereng gunung Arjuna, saya dua kali hampir saja jatuh bebas ke jurang. Itu dikarenakan saya memakai tas carriel ukuran 80 liter beserta tim memang diharuskan untuk turun gunung dengan cepat. Beratnya beban serta cepatnya menuruni lereng membuat saya beberapa tergelincir. Wajar saja, tekstur tanah di lereng Arjuna didominasi oleh batu-batu kecil yang jika terinjak maka dengan mudah saya tergelincir. Karena tergelincir ini yang membuat saya hampir terjun bebas ke jurang sebanyak dua kali.
Untung saja rekan tim berhasil memegang tangan saya dan saya pun terselamatkan dari kejadian itu. Dari situ saya pun diberi nasihat oleh anggota tim yang juga anggota Green Ranger bahwa ketika menuruni lereng harus berhati-hati dan memperhatikan langkah kaki kita. Kembali ini menjadi pelajaran berharga untuk saya.

Karena sepatu saya pun jebol, terpaksa selama ekspedisi, terhitung setelah turun dari gunung Arjuna saya hanya mengenakan sandal gunung. Sandal itu pun sempat saya gunakan ketika mendaki gunung Butak dan Sukma Ilang yang ditempuh hanya dengan satu hari, serta gunung Slamet dan Merbabu. Walaupun ketika mendaki Slamet dan Merbabu saya tidak sampai puncaknya dikarenakan licinnya ketika mendaki karena saya hanya memakai sandal gunung.

Dua puluh tujuh hari lama nya saya mengikuti ekspedisi marathon Inti Komando V, akhirnya etape pendakian berarkhir di gunung Pangrango. Dimana Pangrango memang dekat dengan markas Green Ranger. Sesampainya di puncak Pangrango, saya beserta tim pun memberi selamat satu sama lain karena telah menyelesaikan semua etape pendakian. Selain memberi selamat, kami pun bersorak sorai sambil menyanyikan mars Green Ranger dan Inti Komando dengan penuh semangat.

Mars Green Ranger

Hutan gunung tempat kami di tempa
Green Ranger selalu siap sedia
Menjadi…..
Perisainya rimba raya
Dan seluruh alam semesta
Jiwa raga taruhannya

Mars Inti Komando

Green Ranger hantu rimba
Lambangnya kapak kembar
Dikiri keadilan dikanan kebenaran
Itulah senjata nya

Sampai bertemu di medan perang gunung hutan
Darat….laut….udara
Green Green Green

Kegiatan pun berlanjut di lembah Mandalawangi yang lokasinya tidak jauh dari puncak Pangrango. Lembah Mandalawangi merupakan lembah yang sunyi, karena memang jarang sekali orang berkemah disana dan di Mandalawangi dipenuhi oleh tanaman Edelweis, sang bunga keabadian. Upacara pun dilakukan sebagai bentuk rasa syukur. Saya beserta tim berdiri mengelilingi bendera merah putih dan bendera Green Ranger. Dan suasana semakin mengharukan ketika saya diminta menyanyikan lagu syukur. Sontak saya ikut terhanyut dalam situasi itu hingga menangis dengan harunya. Dan sebagai simbolisasi, salah satu anggota tim pun menggunting beberapa helai rambut semua anggota tim dan kemudian dikuburkan di Mandalawangi. Itu bukti bahwa saya beserta tim sekarang menjadi saudara untuk selama-lama nya.

Selesai etape gunung Pangrango, saya beserta tim tiba di Cibodas, yang merupakan pintu masuk dan keluar Pangrango. Upacara penyambutan ala militer pun dilakukan di markas Green Ranger yang lokasinya tidak jauh dari pintu masuk gunung Pangrango. Saya pun merasa lega, gembira dan bersyukur karena berhasil menyelesaikan ekspedisi, bertemu saudara baru. Walaupun ada beberapa hutang yang harus saya bayar setelah, yakni menggapai puncak-puncak yang belum saya capai.
Ekspedisi berakhir, saya sempat vakum lama naik gunung. Ibarat saya makan makanan hal yang sama terus-menerus akhirnya bosan juga.

Ditengah kevakuman itu sambil terpikir gunung mana lagi yang harus saya daki dan kalau bisa belum pernah saya datangi sebelumnya. Pendakian pun belum berakhir dan masih menyisakan cerita-cerita menarik yang makna nya bisa diterapkan ke diri sendiri.

530255_513189395361772_1629179380_n

 

“Apa yang Anda tulis dan bagikan itu mencerminkan pola pikir dan pandangan Anda”

Hampir beberapa waktu saya masih berusaha untuk tidak berkomentar tentang fenomena yang saya amati hampir setahun ini terjadi. Ditengah trend penggunaan media sosial oleh masyarakat. Dan media sosial yang saya benar-benar amati adalah Facebook. Ya, media sosial yang saya dan Anda pergunakan sekarang ini.

Awalnya masih tahan untuk tidak berkomentar, karena ada rasa kesal, kecewa namun sedikit menggelitik akhirnya saya memutuskan untuk berkomentar melalui tulisan singkat. Sebuah pandangan saya terhadap fenomena yang sampai saat ini masih terus saja terjadi. Entah sampai kapan fenomena ini akan berakhir. Tapi disisi lain kalau itu berakhir maka tidak akan hal yang menarik lagi yang akan diamati. Jadi, kalau Anda diposisi saya harus memilih yang mana? Hehehe…

Lantas fenomena apakah yang saya maksud barusan? Begini, mungkin selama ini Saya dan Anda amati dimana hampir seringnya beberapa pengguna media sosial Facebook membagikan tautan atau share link dari situs tertentu. Bisa dari media online atau tulisan seseorang di blog. Dan frekuensi itu makin lama makin sering jika di Indonesia terjadi kasus atau peristiwa yang menarik perhatian masyarakat luas.

Yang menarik dari fenomena itu bahwa pengguna Facebook share link ada juga yang bersumber dari media online, yang menurut saya tidak jelas media. Maksud saya, dari nama media nya tidak dikenal dan tidak familiar. Termasuk juga ketika sumber media tersebut menulis headline dengan kalimat yang bombastis, sangat menarik dan bahkan tendesius yang akhirnya mengarah untuk menilai salah atau jelek pihak tertentu.

Sayangnya, banyak yang membagikan berita atau informasi seperti itu.
Saya pun bertanya-tanya, apakah mereka sudah membaca penuh berita tersebut? Apakah tujuan mereka membagikan berita tersebut? Atau Dengan membagikan berita tersebut ingin membentuk sebuah opini tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan pembagi berita tersebut? Tentu menjadi sangat menarik ketika pertanyaan-pertanyaan itu sudah terjawab. Kalau pun tidak terjawab atau tidak mau menjawab juga akhirnya menjadi sebuah jawaban pula.

Setidaknya, yang saya amati ada dua tema berita yang sering dibagikan oleh pengguna Facebook. Tema itu tentang agama dan politik. Politik disini juga termasuk berita-berita tentang kinerja Presiden beserta kabinetnya juga para anggota Legislatif. Jika sudah membahas dua tema itu pastilah banyak yang berkomentar dengan berbagai macam pandangan. Baik yang pro atau yang kontra dengan tema berita itu. Mana yang benar? Saya tidak bisa menentukan, apalagi Anda. Karena itu hanyalah persepsi atau pandangan pribadi saja. Dan itu bukanlah sebuah kebenaran yang sesungguhnya. Jikalau benar, itu benar menurut mereka saja.

Fenomena yang terjadi sekarang ini membuat saya membayangkan mundur kembali di pertengahan 2008, dimana saya masih menjadi mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas swasta di Jakarta. Saat itu saya kuliah mengambil fakultas ilmu komunikasi dengan konsentrasi Jurnalistik. Kenapa saya saat itu mengambil konsentrasi Jurnalistik? Karena di awal kuliah saya ingin menjadi wartawan. Dan keinginan itu sempat tercapai walau hanya beberapa waktu saja. Setidaknya saya pernah merasakan dimana apa yang saya inginkan menjadi kenyataan.

Di masa akhir kuliah, saya dihadapkan untuk membuat skripsi sebagai syarat kelulusan menjadi sarjana. Karena saya mengambil konsentrasi Jurnalistik mengharuskan mengambil tema skripsi tentang analisis media massa. Alasannya, karena kegiatan Jurnalistik itu dilakukan oleh media massa dan wartawan sebagai pekerja media massa. Sehingga tema pembahasan skripsinya bagaimana media massa dan wartawan bekerja untuk menghasilkan produk Jurnalistik.

Proses pencarian saya ketika itu akhirnya tertuju pada analisis Framing sebagai metode penelitian skripsi saya. Alasannya, saya ingin melihat bagaimana sebuah media memberitakan sebuah peristiwa dalam bentuk berita. Apakah ada keberpihakan atau tidak. Itu yang menjadi kata kunci dari analisis Framing.

Secara singkatnya, analisis Framing itu membahas bagaimana sebuah media massa melihat sebuah peristiwa dan memberitakannya kepada khalayak. Karena, setiap media massa punya ideologi atau cara pandang berbeda terhadap sebuah masalah. Misalnya, antara media massa A dan B punya gaya pemberitaan dan sikap yang berbeda terhadap masalah. Jika sudah begitu, praktis media massa harus ada keberpihakan. Kalau ada yang mengatakan media massa harus netral, itu pandangan lama yang sudah kadaluarsa.

“World outside and pictures in our heads,” kata Water Lippman. Selain media massa harus berpihak, media massa juga membentuk opini atau realitas ke kepala khalayak, termasuk Anda. Tentunya realitas itu sudah dikonstruksi alias dimaknai atau ditambahkan ideologi atau pandangan dari media massa. Jika sudah seperti ini sangat mudah mengarahkan pemikiran dan tindakan khalayak hanya dengan opini di media massa. Saya sebut opini, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, media massa tidak lagi memberikan realitas sesuai fakta tapi sudah dibumbui dengan persepsi dan interpretasi dari media massa.

Lalu bagaimana melihat keberpihakan media massa terhadap suatu masalah? Anda bisa lihat dari pemilihan head line atau judul berita, pola kalimat atau diksi kata yang dipilih, pemilihan narasumber serta pemilihan foto atau gambar. Jika sudah begini, akhirnya ada penonjolan aspek tertentu yang ingin disampaikan media massa. Dan pastinya, ada penonjolan aspek tertentu maka aspek lain yang terkait dengan peristiwa tidak akan ditampilkan atau diberitakan.

Terkait dengan itu, mengutip dari perkataan Peter L. Berger, seorang sosiolog, bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tapi tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Namun realitas dibentuk dan dikonstruksi. Atas dasar itu lah bahwa realitas terbentuk dan termakna karena peran dari media massa, dan sekali lagi realitas itu bukan fakta sesungguhnya, apalagi sebuah kebenaran.

Framing sendiri mempunyai empat model analisis berdasarkan nama penemu modelnya, yakni model Robert Eantman, William Gamson, Murray Edelman serta Zhondang Pan dan Kosicki. Saya pun memilih model analisis dari Zhondang Pan dan Kosicki. Bukan sebuah kebetulan saya memilih model analisa tersebut. Karena menurut mereka, Framing disebut sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol dan menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan informasi.

Bahkan mereka pun melihat Framing dari dua sisi. Sisi psikologis dan sosiologis. Dari sisi psikologis, lebih menekankan bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya, atau berkaitan dengan struktur dan proses kognitif seseorang dalam mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Sisi sosiologisnya, melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat konstruksi sosial atas realitas.

Akhirnya, dari penjelasan kedua sisi itu bisa dikatakan Framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas luar dirinya. Framing di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi karena sudah ditandai dengan label tertentu. Pada prakteknya, media massa akan melakukan proses labelisasi pada individu, kelompok atau realitas sesuai dengan cara pandang media massa. Kalau istilah saya, media massa bisa membuat orang kotor menjadi suci dan orang suci menjadi kotor.

Kembali ke skripsi saya, setelah mengamati beberapa peristiwa di pertengahan tahun 2008, saya tertarik dengan pemberitaan soal buku karangan Menteri Kesehatan RI, yang waktu itu dijabat oleh Siti Fadilah Supari. Buku nya berjudul “Saatnya dunia berubah: tangan Tuhan melalui virus flu burung”. Yang saya amati terjadi pro kontra saat buku itu terbit. Kenapa bisa begitu? Karena di buku itu Siti Fadilah menguak kecurangan yang dilakukan oleh WHO dalam proses pengambilan sampel virus flu burung.

Bentuk kecurangannya, menurut Siti Fadilah, ketika WHO dengan mudah mengambil sampel virus dengan gratis, secara diam-diam sampel virus diberikan kepada produsen obat besar, yang kemudian dari sampel virus dibuat obat dan dijual ke negara endemik flu burung dengan harga mahal.

Menariknya peristiwa itu membuat saya melakukan penelitian dengan melihat pemberitaan tentang terbitnya buku Siti Fadilah dari sebuah majalah bernama Forum Keadilan. Hasilnya, majalah Forum Keadilan, seperti penuturan Asep Iskandar sebagai Redaktur Pelaksana ketika itu bahwa Forum Keadilan sangat mendukung tindakan Siti Fadilah yang mencerminkan keberpihakan pada rakyat Indonesia. Saat itu banyak masyarakat Indonesia terkena virus flu burung dan beberapa diantara meninggal dunia.

Proses analisis yang saya lakukan ketika itu, mengumpulkan semua berita tentang terbitnya buku Siti Fadilah dan kemudian saya analisa dengan model Framing Zhondang Pan dan Kosicki. Setelah saya mendapat kesimpulan dari apa yang saya teliti, saya bandingkan hasil penelitian saya dengan melakukan wawancara ke pihak media yang memberitakan peristiwa tersebut. Hasilnya memang tidak jauh berbeda dengan apa yang saya analisa.

Balik lagi ke apa terjadi sekarang, bahwa saat ini arus informasi mengalir sangat cepat. Hal itu didukung oleh kecanggihan teknologi dan mudahnya mengakses informasi. Media sosial juga menjadi salah satu wadah untuk menyebarkan informasi dan mengaksesnya. Yang menjadi pertanyaan, apakah Anda sudah memaknai dan memfilter informasi yang Anda terima? Maksudnya tidak langsung percaya alias dianalisa dan diteliti struktur informasi atau beritanya. Seperti yang saya bilang sebelumnya, realitas dari pemberitaan media massa bukan lagi berdasarkan fakta atau kebenaran, tapi realitas yang sudah tercampur sikap, cara pandang serta cara berpikir para pekerja media massanya.

Mungkin apa yang saya katakan barusan terdengar ribet atau berpikir, “buat apa sih dianalisa berita. Bikin pusing aja!” Itu sekali lagi pilihan yang Anda bisa tentukan sendiri. Mau langsung percaya dengan berita yang ada sekarang atau tidak? Karena ada baiknya Anda menseleksi dan memilah-milah mana berita yang memang sesuai fakta atau tidak. Hal itu dilakukan supaya Anda tidak mudah terkena opini yang memang sengaja diciptakan oleh media tersebut.

Ketika opini sudah terbentuk dalam kepala Anda, maka Anda akan bertindak dan berpikir sesuai keinginan media massa.Dalam teori Jurnalistik disebut sebagai teori agenda setting, apa yang penting menurut media harus penting menurut khalayak. Opini itu bisa berubah hal positif dan negatif. Tapi apakah itu positif atau negatif, hanya Anda yang bisa menentukannya.

“Jauh dimata tapi dekat dihati itu sama saja dengan terbalik memakai teropong”

“Ris, lo itu profesinya motivator bukan sih?”

“Elo sih emang bisa nasehatin orang, tapi nasehatin diri sendiri gak bisa !”

Dua statement itu lumayan menusuk saya. Pertemuan dengan teman lama semalam rasanya menjadi tidak begitu nyaman. Tapi saya berterima kasih atas ucapannya yang setidaknya ada yang menilai saya dari sisi yang berbeda. Saya hanya bisa diam sebentar setelah dia mengatakan itu. Entah kenapa tiba-tiba suasana menjadi hening, layaknya seperti film bisu.

Sebenarnya sih perkataannya tidak bisa dikatakan salah, apalagi benar. Toh itu hanya persepsi saja. Kenapa bisa gitu? Karena memang dari beberapa teman, hanya dia yang bisa mengatakan seperti itu. Persepsi itu layaknya melihat sesuatu dengan cara pandang seseorang. Dan cara pandang seseorang terhadap suatu hal bisa berbeda-beda.Kembali lagi bagaimana mind set sebagai penentu cara pandang seseorang.

“Emang lo pernah ngalamin proses hipnoterapi? Sampe bisa bilang kayak gitu bro?” Tanya saya dengan nada santai. “Hmm……belom sih.” Jawabnya dengan singkat. Saya pun tertawa dan berkata dalam hati, “yailah, belum pernah mengalami tapi udah bilang gitu.”

Hipnoterapi apakah sama dengan motivator? Sebuah pertanyaan singkat tapi jawabannya sering menjebak karena kedua profesi itu memang hampir mirip tapi sebenarnya berbeda sama sekali dalam aplikasinya. Motivator memang memberikan motivasi dan semangat kepada orang lain. Kata-kata jargon seperti ‘sahabat super’, ‘salam super’ dan ‘luar biasa’ merupakan mantra sakti dari seorang motivator kepada para audience nya. Padahal, motivasi dan semangat itu sebenarnya sudah ada didalam diri masing-masing orang. Jadi tanpa perlu di motivasi, seseorang sebenarnya bisa memotivasi diri nya sendiri.

Lalu kenapa ada orang, misalnya dia mengeluh kurang semangat atau termotivasi? Jawabannya memang kedua hal itu belum dia aktifkan. Ibarat sebuah Televisi, jika tombol on nya belum dipencet, maka TV tersebut tidak akan menyala. Bisa gak sih seseorang bisa menekan tombol motivasi dan semangat yang ada didalam dirinya? Ini bukan masalah bisa atau tidak, tapi apakah mau atau tidak menekan tombolnya.

Bagaimana kalau seseorang mau menekan tombolnya tapi tetap saja tidak bisa juga? Disini lah Hipnoterapis berfungsi. Hipnoterapis memang tidak bisa meminta apalagi memaksa seseorang untuk semangat dan merasa termotivasi. Itu hanya pilihan yang harus ditentukan oleh seseorang. Ini hanya soal kemauan dari diri sendiri saja. Hipnoterapis hanya membantu seseorang yang memang dari dirinya ingin semangat dan termotivasi dengan seperangkat teknik yang dia punya.

Dalam diri tiap orang memang sudah ada potensi-potensi, apapun itu. Tinggal bagaimana potensi yang sudah ada itu mau dibangkitkan atau diaktivasi atau tidak. Dan sekali lagi itu soal pilihan dari diri sendiri saja.

Mengatakan dan menilai apa yang dilihat memang lah sangat gampang. Tapi sebenarnya tidak sesederhana itu dengan melihat apa yang dilihat kemudian langsung mengambil keputusan tanpa didukung data yang cukup. Data yang saya maksud itu nantinya akan jadi bahan pertimbangan dalam menilai apa yang dilihat. Data itu bisa berupa data yang sudah ada sejak lama atau data yang baru akan diperoleh.

Terkait dengan itu, saya malah jadi teringat dengan segelintir orang yang rata-rata di media sosialnya selalu melihat sisi negatif dari Presiden beserta jajarannya. Seakan-akan apa yang dilakukan Presiden tidak ada sisi baiknya. Mungkin mereka belum pernah bertukar posisi, maksudnya mereka-mereka itu menjadi Presiden dan Presiden menjadi warga biasa. Presiden bisa jadi akan happy karena merasa tidak ada tanggung jawab. Andaikan tukar posisi itu dilakukan, apakah orang-orang masih menilai negatif Presiden? Bayangkan saja Anda dihadapkan pada permasalahan bangsa Indonesia beserta masyarakatnya. Termasuk juga permasalahan Indonesia dengan negara-negara lain.

Yang Abadi Adalah Perubahan

“Girlfriend is like startup, everything can happen in the first 3 months”

Melihat dan mengamati manusia memang tidak ada habis-habisnya. Selalu bisa menemukan hal-hal menarik baik yang muncul sekarang atau yang akan datang. Saya percaya manusia itu adalah makhluk paling dinamis diantara makhluk-makhluk hidup yang lain. Apa yang membedakan? Padahal antara manusia dengan makhluk lain sama-sama mempunyai otak. Yang membedakan hanya manusia saja yang mempunyai akal pikiran dan punya mekanisme yang luar biasa.

Apa maksudnya luar biasa? Begini, akal pikiran membuat manusia bisa bertahan hidup dan menciptakan sesuatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini yang membuat manusia menjadi makhluk yang paling dinamis. Ketika sudah dinamis, perubahan yang dialami manusia pun bisa sangat cepat terjadi. Tapi bisa juga sebaliknya.

Perubahan yang terjadi di manusia bisa dari sisi pikiran, perasaan dan tindakannya. Tadinya berpikir A, tiba-tiba bisa berubah menjadi B. People change. Begitu ungkapan yang biasa saya katakan kepada orang-orang betapa cepat berubahnya manusia. Kalau boleh saya mengutip perkataaan seorang teman bahwa yang abadi di dunia ini hanya perubahan itu sendiri.

Lalu kenapa manusia bisa berubah dan jadi sangat dinamis? Disini akal pikiran bekerja. Setiap hari nya pikiran manusia menerima berbagai macam informasi dari semua sisi dan hal serta dari kelima panca indra manusia. Informasi itu bisa memberikan dampak positif atau negatif. Informasi yang masuk bisa langsung diserap oleh pikiran, bisa juga ditolak. Ketika ditolak, disitu fungsi Raticular Activating System (RAS) bekerja sebagai penyaring informasi. Secara gampangnya, manusia bisa menolak secara sadar terhadap pikiran yang hendak masuk kedalam diri nya.

Bagaimana dengan informasi yang masuk serta pikiran mengolahnya? Teknisnya begini, pastinya informasi yang masuk bisa mempengaruhi pikiran manusia. Yang dipengaruhi adalah persepsi, kepercayaan (belief), pola pikir serta karakternya. Karena pikiran dan tubuh saling terhubung, kondisi di pikiran setelah dipengaruhi informasi bisa berpengaruh ke seluruh tubuh. Termasuk ke tindakan dan perkataan.

Perlahan-lahan namun pasti, pengaruh informasi berulang-ulang bisa menyebabkan perubahan pada diri manusia. Jika pengaruhnya hanya satu atau dua kali kemungkinan berubahnya sangat kecil. Bentuk perubahannya bermacam-macam, namun perubahan ini bisa disadari dan tidak sama sekali.

Perubahan yang terjadi di manusia juga terkait dengan waktu. Terkadang waktu bisa memberikan tenggat waktu bahkan menekan atau manusia untuk berubah. Mengutip salah satu dialog dalam film Lucy, bahwa waktu membuktikan keberadaan manusia. Bisa dikatakan manusia bisa berubah karena waktu yang terus berjalan. Jika tidak berubah namun waktu terus berjalan, itu membuktikan informasi yang masuk ke manusia tidak memberikan dampak apa-apa. Informasi hanya dibiarkan begitu saja atau dianggap angin lalu.

Saya percaya jika manusia ingin naik level ke jenjang kehidupan berikutnya haruslah disertai perubahan. Manusia tidak bisa dengan pola pikir yang sama tapi di kondisi dan situasi yang berbeda atau baru. Ibaratnya, pola pikir lama sudah kadaluarsa dan tidak relevan dengan keadaan sekarang. Jadi saya menganggap perubahan itu sangat penting. Contoh paling gampangnya, ketika seseorang berada di bangku perkuliahan, dia tidak bisa lagi menggunakan pola pikir anak sekolah. Jika masih mempertahankan pastilah sangat sulit beradaptasi dengan kondisi perkuliahan yang menuntut pola pikir dan tindakan layakknya mahasiswa.

Kata kunci nya adalah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi didalam diri dan diluar diri manusia. Memikirkan atau berargumen dampak positif atau negatif adalah benar atau salah pasti tidak akan ada habisnya karena niscaya itu terjadi, dan manusia pasti mengalami keduanya. Apa jadinya jika manusia tidak bisa beradaptasi? Tinggal menunggu nasib seperti dinosaurus saja, perlahan-lahan akan punah keberadaannya. Punah disini bukan berarti mati, tapi akan ketinggalan dengan orang-orang yang mampu beradaptasi.

Kekuatan Kata-Kata

Sering kali kita mendengar “mari kita berfikir positif” agar hidup kita lebih sukses, para pakar mengatakan selalu berbaik sangka atas semua kejadian dan peristiwa disekitar kita, lalu apa hubungannya antara berfikir positif dengan kekuatan dan pengaruh kata-kata positif “yang ajaib” untuk diri kita. ternyata ada korelasi langsung antara positif thinking atau berbaik sangka dengan dunia di sekitar kita bahkan tubuh kita.

Masaru Emoto dalam bukunya “the hidden messages in water” telah melakukan penelitian tentang bagaimana kekuatan air yang tercermin melalui kristal air dimana dia meneliti foto dari crystal air dari berbagai sumber, dan hasilnya ternyata bentuk kristal antara satu tempat dengan tempat yang lainnya tidaklah sama, bahkan beliau juga meneliti pengaruh kata terhadap nasi yang dimasukkan dalam toples dan masing-masing ditulisi kata yang berbeda. Yang satu ditulis terima kasih dan yang lainnya ditulisi kata kamu bodoh, ternyata toples yang ditulisi kata terima kasih tidak basi, sedangkan yang ditulisi kata kamu bodoh cepat basi bahkan warnanya sudah berubah menjadi kehitaman.

Penelitian juga dilakukan dengan meneliti sample-sample air di sejumlah sungai di berbagai negara antara lain di Jepang, Canada, Amerika dan negara lainnya, ternyata diperoleh hasil bahwa di tiap sungai kenampakan kristalnya berbeda-beda tergatung kualitas airnya juga, daerah yang dekat dengan mata air kristal airnya lebih bagus, hexagonal sempurna dibanding didekat pemukiman kristalnya kurang bagus tidak membentuk hexagonal yang sempuna, bahkan pernah ada peristiwa ketika ada sebuah danau yang airnya keruh dan sebelumnya diteliti dalam miskroskop elektron, tidak membentuk kristal setelah didoakan air danau berubah menjadi berkristal bagus hexagonal.

Itulah sebabnya mengapa ada korelasinya antara DOA dan kristal air. Karena 99% saat manusia memulai hidupnya sebagi janin adalah air, ketika lahir 90% adalah air dan pada usia dewasa 70% adalah air, maka sesungguhnya manusia esensi dominannya adalah air. Dengan kata lain ada korelasinya pula antara doa, kata cinta dan syukur, positif thinking dan kondisi darah kita yang akan berimbas langsung pada kondisi tubuh dan kesehatan kita. kesimpulannya ketika kita menjalani hidup penuh syukur, bahagia dan postif thinking maka kristal di darah kita juga akan semakin bagus sehingga kesehatan kita akan lebih terjaga.

Bagaimana kaitannya dengan LOA (hukum ketertarikan) atau “the law of attraction” dimana sesuai hukum LOA ada salah satu bunyi yaitu “like attract like” kemiripan akan menarik kemiripan, artinya kebaikan akan menarik kebaikan, cinta akan menarik cinta, berfikir dan marasakan syukur akan semakin manarik kebaikan datang dalam hidup kita.

“Segala sesuatu yang Anda pancarkan lewat pikiran, perasaan, citra mental, dan perkataan atau kata-kata Anda akan didatangkan kembali ke dalam kehidupan Anda, (Catherine Ponder, Dynamic Law of Prosperity).

Syukur atau terima kasih dan Cinta dalah dua kata yang mempunyai kristal paling bagus jika air diberi kata tersebut. Joe Vitale dalam bukunya the key mengungkapkan salah satu teknik ajaib untuk menghapus semua keyakinan yang membatasi. Kalimat “Aku MencintaiMu” kepada Ilahi Tuhan semesta bisa memicu penyembuhan.

Menurut Dr. Hew Len, hanya berkata “Aku mencintaiMu” kepada Ilahi Tuhan semesta akan memulai proses penjernihan atau pembersihan, kata-kata tersebut akan mengusik kalbu Anda, dan kata-kata tersebut akan direspon Ilahi Tuhan semesta yang kemudian akan mengirimkan sinyal untuk membersihkan memori apapun yang menghalangi Anda untuk berada saat ini dengan kejernihan dan kesadaran penuh. Intinya adalah menyingkirkan masalah dengan mencintai dan anda melakukannya dengan terus menerus berkata “aku mencintaiMu”.

Menurut Joe Vitale ada 3 pernyataan lain yang juga bisa digunakan yaitu ; “aku menyesal”, “Tolong Maafkan Aku”, dan “Terima Kasih”, sebenarnya hal ini sama seperti yang diajarkan dalam agama dalam hal ini kata “Bismillahhirohmanirrohiem” yang artinya dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih lagi maha sayang (cinta), “Astagfirullah” yaitu mohon ampunan ke pada Allah dan “Alhamdulillahirabil Alamin” yaitu terima kasih dan syukur kepada Allah. Hal tersebut sering disebut berdzikir pada Tuhan.

Joe Vitale sudah melakukannya selama 3 tahun dan katanya hidupnya makin menakjubkan, “Saya hidup dalam kondisi yang nyaris diliputi sukacita”.

Meramal dan Membaca Fenomena

Melihat suatu fenomena sekarang memang seru. Fenomena berarti sesuatu yang dianggap menarik perhatian orang banyak karena itu adalah hal yang langka terjadi atau terulang-ulang beberapa waktu kedepannya. Saya tidak akan menyebutkan contoh fenomena yang terjadi sekarang, karena setiap orang punya persepsi masing-masing tentang suatu hal yang dianggap fenomena.

 Apakah bencana alam termasuk fenomena juga? Bisa dibilang iya. Karena, bencana alam adalah kejadian luar biasa yang dialami oleh kehidupan dan manusianya. Fakta sekarang ini bencana dimana-mana dan memakan banyak korban jiwa. Dengan fakta seperti itu seharusnya manusia bisa mengetahui akan datangnya bencana sehingga korban tewas bisa dikurangi.

 Lalu bagaimana cara mengetahui akan kedatangan sebuah bencana? Zaman sekarang sudah modern, sehingga peralatan ciptaan manusia pun juga canggih, termasuk mengetahui akan ada bencana. Namun, peralatan canggih sudah ada, kenapa bencana masih menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.

 Fenomena’ ini membuat saya membandingkan dengan mundur sejenak beberapa ribu tahun yang lalu. Ketika itu para pemikir, raja dan pujangga sudah bisa meramalkan apa yang terjadi kedepan, bahkan ramalan itu masih berlaku hingga saat ini.

 Buat orang sekarang, mendengar kata ramalan sudah pasti dikaitkan dengan klenik, bid’ah, haram dan masih banyak lagi. Ya sekali lagi, pendapat mereka juga tidak bisa disalahkan. Karena itu disesuaikan dengan persepsi atau pola pikirnya.

 Kembali ke masa lalu, ada beberapa tokoh yang sudah meramalkan apa yang terjadi kedepannya. Sebut saja Raja Prabu Jayabaya dengan Jangka Jayabaya nya, Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito tentang kemunculan zaman edan hingga para pujangga pembuat tokoh wayang beserta karakternya, yang ternyata karakter wayang itu masih berlaku bagi manusia modern sekarang ini.

 “Ah, ramalan itu kan melawan kehendak Tuhan?” Ada beberapa orang yang berpendapat seperti itu. Mungkin kalau kita masih hidup di zaman dulu, bisa saja beranggapan seperti itu dan lebih-lebih menganggap mereka adalah dukun atau orang sakti.

 Disinilah pentingnya belajar sains atau ilmu pengetahuan, yang bertujuan mengungkap fenomena dimasa lalu. Mengapa mereka bisa meramal? Dr. Karl Pribarm, seorang ahli bedah otak, menemukan bahwa otak manusia memuat bayangan alam semesta, hampir sama dengan proses holografik. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia terhubung dengan konsep alam semesta dan menerima informasi dari alam semesta.

 Bahasa gampangnya adalah, manusia itu punya gelombang otak (Brainwave), emosi serta perasaan dan alam semesta juga punya gelombang, emosi dan perasaan. Saya percaya, apapun yang diciptakan Tuhan pasti punya gelombang, emosi dan perasaan. Apa jadinya jika gelombang otak manusia dan alam semesta terhubung? Maka manusia akan tahu apa yang terjadi di alam semesta. Jika sudah begitu, manusia tahu apa yang terjadi berikutnya di alam semesta. Tapi semua itu bisa terjadi jika Tuhan menghendaki dan tujuannya untuk sesama manusia.

 Kitab Suci sebagai petunjuk dari Tuhan pun juga sebenarnya berisi ramalan. Apapun kitab Sucinya. Kok bisa begitu? Tuhan pasti sudah menitahkan dan menuliskan apa yang akan terjadi dikehidupan melalui kitab suci dalam bentuk bahasa general, lambang atau simbol. Nah, sudah menjadi tugas manusia untuk memaknakan apa yang menjadi simbol atau pertanda dari Tuhan. Maka jangan heran kalau tiap orang bisa menafsirkan suatu ayat dengan bermacam-macam tafsiran. Disinilah pola pikir manusia digunakan untuk mengartikan simbol Tuhan. Cara nya dengan suatu alat yang namanya sains atau ilmu pengetahuan. Sains membuat manusia menjadi sangat modern dan canggih. Ditambah dari referensi Kitab Suci, maka menjadi manusia modern sekaligus wakil Tuhan di muka bumi.

 Kesimpulannya, saya tidak sepakat dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa bencana terjadi karena Tuhan murka, ujian dari Tuhan atau Tuhan sedang menghukum suatu bangsa. Ini terkait dengan hukum keseimbangan. Alam menjadi marah karena ulah dari manusia itu sendiri. dan pasti ada penjelasannya di semua Kitab Suci. Selain itu, omong kosong kalau Tuhan zalim kepada semua ciptaan-NYA. Seribu persen Tuhan sudah sangat adil terhadap manusia dan kehidupan, hanya manusianya saja yang tidak pandai bersyukur.

 

Tabik

Antara Wanita, Orang Tua dan Naik Gunung

Bagi yang baca atau ngeh, sebelumnya saya sudah menulis secara singkat tentang naik gunung.Tapi kaitannya dengan hipnoterapi. Tapi untuk sekarang, topik yang hendak saya tulis ini agak menarik. Karena baru saja saya alami dan mungkin sudah menjadi permasalahan sejak dahulu.

Ya, naik gunung. Bagi sebagian orang, kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Tapi, ada sebagian pula yg skeptis dengan kegiatan ini. ”ngapain sih naik gunung,cape tau.”, ”buat apa naik gunung.” ”jangan naik gunung,nanti kamu hilang atau jatuh ke jurang.” Sekali lagi, saya tidak menyalahkan bagi sebagian orang yang berkata seperti itu. Mereka berkata seperti itu kan berdasarkan apa yang dipahami dari pola pikirnya. Dan pola pikirnya itu terbentuk dari pengamalan hidupnya, entah apa yang dilihat,didengar dan dirasakan. Tapi disisi lain,sangat saya sayangkan saja ditengah perkembangan akses informasi yang sangat luas dan tanpa batas, bisa jadi sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga bisa membuka pikiran secara perlahan-lahan dan luas.

Naik gunung itu sebenarnya adalah hak setiap orang. Mau atau tidak itu urusan personal. Jika keinginan tersebut sudah sangat kuat, maka jalanpun pasti ada. Bagaimanapun caranya. Yang jadi masalah atau persoalan, bagaimana kalau punya keinginan tapi ada pihak diluar diri pribadi yang tidak setuju atau melarang sekalipun. Jelas ini menjadi dilema dan bimbang bagi orang tersebut. Apalagi yang tidak setuju atau melarang itu pihak/orang yang paling dekat hubungannya secara emosi. Saya contohnya secara gamblang,orang tua.

Ini yang kemudian membuat bimbang,dan repot secara pikiran. Mau naik gunung tapi orang tua melarang atau tidak menyetujui. Dan yang jelas,bimbangnya itu ketika menentukan pilihan, tetap naik gunung atau mengikuti kemauan orang tua. Jika kondisi itu ada diposisi Anda sekarang bagaimana? Mungkin,beruntunglah bagi Anda laki-laki yang dengan mudah bisa memperoleh izin untuk naik gunung.Tapi,ada sebagian orang,khususnya laki-laki yang masih saja memperoleh kesulitan untuk naik gunung. Seharusnya,secara pencitraan umum laki-laki adalah kuat,tangguh dan pantang menyerah.

Itu laki-laki. Bagaimana dengan wanita. Nah,ini yang membuat saya lebih miris. Mungkin saya sebut mukjizat atau ajaib jika seorang wanita bisa mendapat izin untuk naik gunung. Untuk hal ini, tidak berlaku bagi wanita yang ikut organisasi pecinta alam. Saya membahas wanita pada umumnya.

Ketika seorang wanita berkata kepada orang tuanya,dan berkata ingin naik gunung,mungkin yang terbesit dipikiran orang tua adalah ketakutan kalau terjadi apa-apa pada anaknya. Seperti tersesat digunung atau jatuh ke jurang. Dan ketika hal itu disampaikan ke anak, pastilah mereka menurut saja. Padahal, mereka ingin sekali naik gunung.

Dari situ, saya punya kesimpulan. Ternyata wanita itu makhluk yang lemah dan tidak punya semangat tinggi serta pantang menyerah. Padahal sekarang sedang gencar-gencarnya kesetaraan gender. Dimana wanita punya hak yang sama seperti laki-laki, dalam hal pekerjaan serta kegiataan apapun. Jadi,wanita berhak mendaki gunung.

Saya pernah membaca di toko buku,tentang kisah lima orang wanita yang berhasil mencapai puncak gunung Elbrus di Rusia. Disitu bisa sedikit membuktikan kalau wanita pun bisa melakukan apa yang pria lakukan,salah satunya mendaki gunung. Saya sendiri pun menjadi iri dan malu, karena wanita saja bisa mencapai puncak tertinggi di Eropa. Itu juga sekaligus menjadi motivasi bagi saya untuk berusaha lebih baik lagi.

tim Wanadri Women Series Expedition (WWSE) di puncak gunung Elbrus

Selain faktor orang tua,ternyata faktor dari wanita itu sendiri juga jadi persoalan. Biasanya terkait dengan kemampuan fisik serta tujuan dari naik gunung. Disini lagi-lagi masalah cara pandang seseorang ketika melihat suatu hal atau permasalahan. Semakin banyak pengetahuan dan wawasan,maka cara pandang seseorang semakin. Sudah banyak literatur,dan beberapa pengakuan orang akan manfaat positif naik gunung. Tapi dari saya sederhana saja, naik gunung membentuk keberanian serta ketabahan dalam hidup. Seringkali seseorang,atau wanita menghadapi hambatan atau masa-masa yang menyakitkan dan menyedihkan. Dengan mempunyai keberanian dan ketabahan,hal itu bisa dilewati dengan perlahan-lahan dan menjadikan masa itu sebagai proses pembelajaran untuk kedepannya.

Sama seperti ketika naik gunung. Ketika berada dikondisi sangat dingin, ditengah kegelapan hutan sampai makan makanan yang seadanya disitulah seseorang diuji oleh alam, bagaimana bisa bertahan hidup. Dan ketika sampai puncak gunung, rasa gembira, haru tercampur jadi satu walau harus mendaki tebing yang penuh batu serta pasir yang jadi penghalang.

Jadi,dengan keberanian dan ketabahan bisa jadi modal bagi wanita untuk menjalani kehidupan, yang kata orang bisa diatas dan bisa juga dibawah. Kan kalau wanitanya tegar, kena masalah besar atau kecil dengan mudah bisa mencari solusi dan hikmah dari masalah itu. Terakhir, wanita yang suka naik gunung pasti pintar membuat perencaan dan memasak. Karena, di kegiatan naik gunung perencaan menjadi sangat penting dan memasak adalah sesuatu yang sangat menyenangka ketika naik gunung.

Tabik

Hipnoterapi dan Naik Gunung

Kegiatan ini sudah pasti telah berlangsung selama ribuan tahun, tapi mengapa baru sekarang saya menyadari? Ah tidak apa, tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu selama otak masih bisa berpikir dan saya masih bisa bernafas. Naik gunung. Sebuah aktivitas yang baru menurut saya dan baru dilakukan beberapa minggu ini, dan pasti akan berlanjut di waktu-waktu berikutnya.

 “naek gunung…wah,capeknya gak ketulungan.”, “gak deh naik gunung. Mending kepantai aja he he he.” Itu hanya sebagian dari pendapat teman-teman saya ketika mengetahui saya mau naik gunung. Saya sendiri pun tidak menyangka kenapa bisa terpikir untuk naik gunung. Mungkin saja ini sudah panggilan alam dan Tuhan untuk belajar sesuatu serta melihat secara langsung bagaimana kebesaran Tuhan. Tapi saya tidak terlalu memikirkan penyebabnya. Hmm….bisa jadi karena playlist lagu saya sehari-hari yang bernuansa rileksasi dan alam. Yak, Kitaro dan Enya. Dua musisi itu yang hampir setiap hari saya dengarkan, ternyata secara tidak langsung mempengaruhi pikiran saya dan membentuk nilai baru yang positif.

 Dan debut naik gunung saya tidak tanggung-tanggung, dua gunung tertinggi di Jawa Tengah saya datangi, salah satu nya gunung tertinggi kedua di pulau Jawa. Gunung Merbabu (3145 mdpl) dan Gunung Slamet (3432 mdpl). Setelah mendaki di kedua gunung tersebut, saya seperti mendapat pengalaman baru yang tidak biasa. Pastinya logika saya tidak akan mengerti, tapi pikiran bawah sadar saya mengerti sepenuhnya dampak dari mendatangi kedua gunung tersebut.

 Lalu apa kaitannya dengan hipnoterapi? Ini yang menarik. Ya, tidak apa-apa kalau ada yang merasa tidak ada kaitannya. Namanya juga persepsi setiap orang kan berbeda-beda dalam melihat dan menyimpulkan suatu hal yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Saya tidak akan menjabarkan apa itu hipnoterapi, pasti teman-teman sudah mengetahui atau sudah punya pengertian masing-masing.

 Tapi saya jelaskan sedikit, biar paham. Memang, hipnoterapi adalah salah satu metode terapi dengan teknik hipnotis, yang kaitannya dengan pikiran, perasaan dan perilaku seseorang. Biasanya untuk membantu seseorang dalam masalah trauma, phobia, dan kebiasaan buruk. Saya menulis kata membantu, karena hipnoterapi hanya salah satu alat bantu untuk terjadi ada nya perubahan. Selebihnya, si klien (sebutan untuk orang yang ingin diterapi) yang memang dari awal menginginkan adanya perubahan. Jadi, kalo ada seseorang ingin diterapi, tapi bukan dari keinginan sendiri hasilnya pasti kurang maksimal, atau bahkan gagal.

 Ini yang sedikit lain. Kaitannya hipnoterapi dan naik gunung. Ternyata alam bisa menjadi terapis bagi para pendaki, mulai dari terlihatnya karakter asli para pendidik, sampai bisa membentuk pribadi seseorang atau pendaki ke arah yang positif. Jadi, mendaki gunung bisa mengenal pribadi diri sendiri. Mulai dari sifat egois, suka mengeluh, loyal,bertanggung jawab, sampai tidak peduli akan sangat terlihat ketika seseorang mendaki gunung.

 Membentuk pribadi seseorang berarti bisa menanamkan ide baru yang nantinya menjadi pikiran, perasaan, perilaku dan tindakan yang tadinya negatif menjadi positif. Dan pembentukkan itu terjadi dengan tindakan nyata, alias praktek dan tanpa sekedar kata-kata motivasi atau slogan semata. Ini sesuai dengan metode hipnoterapi, bahwa pikiran, perasaan dan perilaku positif itu terbentuk dengan praktek atau tindakan sehari-hari, setelah sebelumnya diberi ide atau sugesti dari sang terapis. Selain itu, kemiripan antara naik gunung dan hipnoterapi adalah metafora.

 Naik gunung adalah salah satu representasi atau kiasan dari kehidupan. Bagaimana cara seseorang menjalani kehidupan atau mengejar suatu tujuan bisa terlihat dari cara nya naik gunung. Di hipnoterapi, metafora adalah satu teknik terapi dengan cerita-cerita yang tidak masuk akal, biasanya berupa cerita kiasan, yang maknanya hanya diketahui oleh pikiran bawah sadar klien.

 Jadi, naik gunung bisa jadi salah satu teknik terapi yang paling efektif bagi seseorang. Mulai dari mengenali karakter seseorang, entah yang positif atau negatif sampai membentuk pikiran,perasaan dan perilaku yang positif dengan praktek langsung tanpa kata-kata motivasi atau slogan. Karena menurut saya, kata-kata motivasi hanya masuk ke pikiran sadar saja. Nah, untuk bisa masuk ke pikiran bawah sadar, ya harus dengan tindakan nyata. Oh ya, naik gunung itu juga salah satu hal yang bisa menantang seseorang untuk berani mengambil keputusan atau mendaki sampai puncak. Hipnoterapi pun hampir saya, dimana ada sebuah metode untuk perubahan yang lebih baik. Dan tantangannya, apakah orang itu mau berubah atau tidak.